Ibarat sebuah telur, aku belum pantas untuk menetas. Masih dierami dalam kehangatan induknya.
Begitu pula dengan mencintaimu, entah terlalu cepat atau terlalu mempercepat hingga lisan ini berani memutuskan bahwa apa yang dirasakan oleh hati adalah cinta. Cinta seolah menuliskan sendiri tentang dirinya, aku sendiri tak kuasa bila cinta itu ku tuliskan, penaku berhenti sampai di frasa frasa yang secara lantang memaksaku tuk menyimpulkan. Mencintaimu adalah dilema, meskipun dilema yang membahagiakan. Aku masih takut, takut dengan waktu takut pula dengan kesimpulan cepatku, aku takut bila apa yang ku sebut dengan cinta justru adalah nafsu.
Begitu pula dengan mencintaimu, entah terlalu cepat atau terlalu mempercepat hingga lisan ini berani memutuskan bahwa apa yang dirasakan oleh hati adalah cinta. Cinta seolah menuliskan sendiri tentang dirinya, aku sendiri tak kuasa bila cinta itu ku tuliskan, penaku berhenti sampai di frasa frasa yang secara lantang memaksaku tuk menyimpulkan. Mencintaimu adalah dilema, meskipun dilema yang membahagiakan. Aku masih takut, takut dengan waktu takut pula dengan kesimpulan cepatku, aku takut bila apa yang ku sebut dengan cinta justru adalah nafsu.
Engkau pasti sudah paham betul perbedaan dua kata itu. Sederhananya, cinta akan tumbuh untuk menjaga kesucian hati, tapi nafsu akan tumbuh untuk mengotori hati. aku takut bila akalku terlalu cepat memaknai tentang desiran dan detakan yang setiap hari ku rasakan bukan detak cinta melainkan desiran nafsu yang membuat lembah hitam semakin curam. Apakah cinta hanya berhak dimaknai oleh hati itu sendiri? akal tak kuasa tuk menafsirkan apalagi lisan, ia tak punya hak untuk mengatakan? benarkah demikian.
kalau ini nafsu, mengapa aku selalu menyebut namamu lewat angin malam dan ku sampaikan ke langit. Berharap Tuhan menjaga apa yang dirasakan oleh hati. Kalau ini adalah nafsu, bodohnya aku yang meminta Tuhan untuk menjaga perasaan ini tetap hinggap dalam ruang hatiku.
Apakah orang yang mengatasnamakan pejuang cinta akan mengalami keraguan layaknya keraguanku, apakah yang mereka perjuangkan benar cinta atau hakikatnya adalah nafsu?
lalu bagaimana hakikat cinta itu sendiri, apakah ketika ia ku hadirkan dalam sujudku belum tentu aku menghadirkan cinta untuknya, atau aku malah memohon kepada Tuhan untuk tetap mempertahankan nafsu? kalau demikian. Aku yakin Tuhan akan tertawa melihat tingkahku atau bahkan marah besar kepadaku.
Kamu. terangkanlah sedikit kepadaku. Perasaan yang kau hadirkan di hatiku sebenarnya cinta atau nafsu? Kau pasti akan membisu, tetap memaksaku tuk mencari jawabannya sendiri.
Terlepas dari semua keraguan, hatiku selalu mengatakan bahwa ini adalah cinta
dan aku bahagia bisa mencintaimu.
To be Continued
kalau ini nafsu, mengapa aku selalu menyebut namamu lewat angin malam dan ku sampaikan ke langit. Berharap Tuhan menjaga apa yang dirasakan oleh hati. Kalau ini adalah nafsu, bodohnya aku yang meminta Tuhan untuk menjaga perasaan ini tetap hinggap dalam ruang hatiku.
Apakah orang yang mengatasnamakan pejuang cinta akan mengalami keraguan layaknya keraguanku, apakah yang mereka perjuangkan benar cinta atau hakikatnya adalah nafsu?
lalu bagaimana hakikat cinta itu sendiri, apakah ketika ia ku hadirkan dalam sujudku belum tentu aku menghadirkan cinta untuknya, atau aku malah memohon kepada Tuhan untuk tetap mempertahankan nafsu? kalau demikian. Aku yakin Tuhan akan tertawa melihat tingkahku atau bahkan marah besar kepadaku.
Kamu. terangkanlah sedikit kepadaku. Perasaan yang kau hadirkan di hatiku sebenarnya cinta atau nafsu? Kau pasti akan membisu, tetap memaksaku tuk mencari jawabannya sendiri.
Terlepas dari semua keraguan, hatiku selalu mengatakan bahwa ini adalah cinta
dan aku bahagia bisa mencintaimu.
To be Continued
Social Icons