Curhatan murid kawakan

Kami masih ingat betul. beberapa tahun yang silam. saat masih duduk di sekolah dasar dan bahkan sampai tsanawiyah. kami begitu merasakan bagaimana ikrar setia seorang murid kepada gurunya. bukan hanya tentang tata krama tapi tentang menghormati orang yang lebih berat isinya (ilmu). Kalau guru datang dan sampai di gerbang. dan kami melihat dari jendela kelas. tanpa komando dan aba aba. Kami semua sontak berlari dan ingin menjadi yang tercepat. ada yang membawakan tas guru, sepeda guru dan bagi kami yang belum kebagian. masih ada tangan guru untuk kami cium. Kemudian
tuan guru berjalan di depan. dan kami mengikuti dari belakang. dengan kepala menunduk dan mulut kami kunci rapat rapat. kalau ada batu atau sesuatu yang menghalangi langkah guru di depan. kami dengan segera menyingkirkannya. sesampai di kelas. kami semua berdiri. dan baru akan duduk setelah tuan guru duduk di kursinya. Kami menundukkan kepala dan berdoa bersama sebelum memulai pelajaran. Kami tak berani menatap guru kami. Bagi kami. ketika tuan guru menyuruh untuk mengambil kapur tulis atau menghapus tulisan di papan tulis, merupakan hal yang sangat prestisius bagi kami. rasanya hati sangat bahagia. kami takut dan segan dengan tuan guru. karena kami yakin bahwa melalui tuan guru lah ilmu Allah diturunkan kepada kami. namun sayang. adab dan tata krama itu mulai luntur. perlahan tapi pasti. kini jarang sekali ada yang menjemput tuan guru di gerbang, atau malah cenderung berlarian dan bubar. ketika guru sedikit tegas mereka melapor ke orang tua dan mengadu ke Komnas HAM. padahal dulu ketika tuan guru sampai marah kepada kami. maka bagi kami itu adalah aib kami. dan kami tak akan pernah cerita kepada bapak dan ibu. karena mereka pasti akan membela tuan guru. dan lebih memarahi kami. dan sekarang ketika guru lembut. mereka menganggap guru seorang teman. bahkan kebanyakan mereka keblabasan. sehingga tak sopan dengan guru. mereka mulai berani melawan guru. meledek guru atau bahkan sampai memukul guru. mereka cenderung mengganggap. bahwa guru ada karena mereka yang bayar. dan guru bisa hidup karena iuran mereka. bukan menghormati dan menghargai guru karena ilmunya. karena ridho guru menyimpan keberkahan yang luar biasa. iya. setuju atau tidak. adab dan tata krama semakin lama semakin bergeser. semua kini dinilai dari rupa dan materi. bukan siapa yang berilmu maka ia dimuliakan. tapi siapa yang kaya maka ia yang akan dipuja. salam dari kami untun Tuan guru kami. yang telah mengajarkan kepada kami untuk menjadi "manusia" #cahangon