IBUKU MELIHAT DENGAN HATI
Ini sebuah kisah nyata. 12 jam yang lalu. aku alami sendiri kisah ini
dengan satu temanku.
kisah ini bermula ketika kemarin aku dan temenku ditugaskan untuk
melakukan survei ke rumah seorang mahasiswa baru yang mengikuti program
beasiswa. hasil survei ini nantinya akan melengkapi persyaratan dengan
demikian baru bisa diputuskan apakah mahasiswa tersebut layak untuk
mendapatkan beasiswa atau tidak.
kami berdua naik motor melewati jalan pantura. tiga jam lama
waktu yang dibutuhkan hingga akhirnya kami sampai di depan rumah yang sama dengan yang ada di berkas kami. kami di sambut di depan rumah. oleh seorang laki laki paruh baya. badannya gempal dan tak memakai kaos saat itu. kami masuk. di kursi tamu sudah duduk seorang wanita paruh baya juga namun lebih muda dari bapak tadi. kami menyalami satu persatu. hingga giliran ke wanita itu ada yang aneh. ia tak memandang kami dan hanya menepuk punggung kami. kami duduk. kemudian memperkenalkan bahwa kami surveyor. kami banyak ngobrol tentang keluarga ini. “ iya nak. anak kami Jalil itu udah dibilangin bahwa bapak ibu ngga bisa biayai kuliahnya. tapi dianya tetep ngeyel. malah bilang. nanti ada jalannya kok Bu soal rejeki itu” kata lelaki itu. “ Soalnya bapaknya cuma security perumahn depan gang itu nak. upahnya hanya 750 ribu perbulan. yah ngepas buat keperluan sehari hari. saya juga terpaksa harus berhenti berobat nak” Sahut wanita itu “ sakit apa Bu” tanyaku “ ini mata ibu dua duanya sudah nggak bisa buat melihat nak. karena gagal operasi. nah upah bapak buat berobat setiap bulan. yah namanya utang tetangga udah jadi langganan. tapi karena jalil minta kuliah. biaya berobat ibu dihentikan. biar bisa membiayai kuliah Jalil” imbuh wanita itu. Aku dan temanku saling menatap. sepersekian detik. kemudian kami menundukkan kepala. tak ku lihat ada raut kesedihan dari wajahnya. apalagi ketika ia bercerita tentang anaknya yang bernam Jalil itu. anak itu berprestasi dari sekolah dasar sampai lanjutan. sesekali si Bapak juga menambahi. kalimat syukur hamdalah tak henti hentinya terucap dari kedua bibirnya. si Bapak juga menunjukkan beberapa piala yang diperoleh Jalil saat sekolah dulu. kami terharu. di depan kami mereka tak kelihat sedihj apalagi susah. kebahagian mereka sangat bisa kami rasakan. kami ngobrol kesana kemari. tentang banyak hal. Si ibu selalu menemani kami. sedangkan si bapak sibuk membuatkan es teh manis serta gorengan bagi kami. sesekali kami melihat ibu itu mengusap air matanya. bibirnya tetap tersenyum. kami sangat dimuliakan saat itu. meskipun rumahnya sederhana tapi sikap mereka memuliakan tamu sungguh luar biasa. aku sangat merasakan kebahagian di rumah kecil itu. Jam sudah menunjukkan masanya. kemudian kami pamit pulang. kami lihat dengan pegangan dinding rumah. ibu itu perlahan keluar dari balik pintu. dengan tersenyum. ia melambaikan tangannya ke arah kami. “hati hati Nak” serunya “iya Bu” jawab kami serentak. kami meninggalkan mereka. kami mulai menyadari bagaimana kebahagian itu berasal dari hati yang lapang. menerima kenyataan dan menjalaninya dengan penuh rasa syukur. dan orang tua akan melakukan apapun demi melihat anaknya sukses. walaupun orang tua itu buta. tapi ketika mereka masih bisa mendengar tawa kesuksesan anaknya disitulah kebahagiaan tak terkira berada. *Makasih ibunya Jalil. ibu memberikan inspirasi untuk lebih menghargai hidup dan menyanyangi orang tua Semarang, 26 Agustus 2016 #cahangon

waktu yang dibutuhkan hingga akhirnya kami sampai di depan rumah yang sama dengan yang ada di berkas kami. kami di sambut di depan rumah. oleh seorang laki laki paruh baya. badannya gempal dan tak memakai kaos saat itu. kami masuk. di kursi tamu sudah duduk seorang wanita paruh baya juga namun lebih muda dari bapak tadi. kami menyalami satu persatu. hingga giliran ke wanita itu ada yang aneh. ia tak memandang kami dan hanya menepuk punggung kami. kami duduk. kemudian memperkenalkan bahwa kami surveyor. kami banyak ngobrol tentang keluarga ini. “ iya nak. anak kami Jalil itu udah dibilangin bahwa bapak ibu ngga bisa biayai kuliahnya. tapi dianya tetep ngeyel. malah bilang. nanti ada jalannya kok Bu soal rejeki itu” kata lelaki itu. “ Soalnya bapaknya cuma security perumahn depan gang itu nak. upahnya hanya 750 ribu perbulan. yah ngepas buat keperluan sehari hari. saya juga terpaksa harus berhenti berobat nak” Sahut wanita itu “ sakit apa Bu” tanyaku “ ini mata ibu dua duanya sudah nggak bisa buat melihat nak. karena gagal operasi. nah upah bapak buat berobat setiap bulan. yah namanya utang tetangga udah jadi langganan. tapi karena jalil minta kuliah. biaya berobat ibu dihentikan. biar bisa membiayai kuliah Jalil” imbuh wanita itu. Aku dan temanku saling menatap. sepersekian detik. kemudian kami menundukkan kepala. tak ku lihat ada raut kesedihan dari wajahnya. apalagi ketika ia bercerita tentang anaknya yang bernam Jalil itu. anak itu berprestasi dari sekolah dasar sampai lanjutan. sesekali si Bapak juga menambahi. kalimat syukur hamdalah tak henti hentinya terucap dari kedua bibirnya. si Bapak juga menunjukkan beberapa piala yang diperoleh Jalil saat sekolah dulu. kami terharu. di depan kami mereka tak kelihat sedihj apalagi susah. kebahagian mereka sangat bisa kami rasakan. kami ngobrol kesana kemari. tentang banyak hal. Si ibu selalu menemani kami. sedangkan si bapak sibuk membuatkan es teh manis serta gorengan bagi kami. sesekali kami melihat ibu itu mengusap air matanya. bibirnya tetap tersenyum. kami sangat dimuliakan saat itu. meskipun rumahnya sederhana tapi sikap mereka memuliakan tamu sungguh luar biasa. aku sangat merasakan kebahagian di rumah kecil itu. Jam sudah menunjukkan masanya. kemudian kami pamit pulang. kami lihat dengan pegangan dinding rumah. ibu itu perlahan keluar dari balik pintu. dengan tersenyum. ia melambaikan tangannya ke arah kami. “hati hati Nak” serunya “iya Bu” jawab kami serentak. kami meninggalkan mereka. kami mulai menyadari bagaimana kebahagian itu berasal dari hati yang lapang. menerima kenyataan dan menjalaninya dengan penuh rasa syukur. dan orang tua akan melakukan apapun demi melihat anaknya sukses. walaupun orang tua itu buta. tapi ketika mereka masih bisa mendengar tawa kesuksesan anaknya disitulah kebahagiaan tak terkira berada. *Makasih ibunya Jalil. ibu memberikan inspirasi untuk lebih menghargai hidup dan menyanyangi orang tua Semarang, 26 Agustus 2016 #cahangon
0 Comments
Post a Comment