KISAH CINTA ANAK GEMBALA
( MY First Short Story )
( MY First Short Story )

Fahmi yang sekarang duduk di bangku
salah satu sekolah menengah di daerah demak ini, dilahirkan dari keluarga
sederhana, yang tinggal di desa yang jauh dari perkotaan,
Jika hari libur semesetr seperti ini
fahmi pun harus bekerja menggembala kambing kedua orangtuanya, tak khayal
gunjingan dan ejekan pun ia terima dengan ketabahan jiwa,
Pagi ini adalah saatnya dia
menggembala menyusuri padang rumput di persawahan dekat rumahnya, sebelum
berangkat ia menyantap sarapan pagi, bersama ayah di meja makan, terjadi
percakapan antara ia dan ayahnya, “ fahmi, nanti kamu menggembala di padang
rumput dekat sawahnya pak haji ahmad, sebab disitu kemarin ayah lihat rumputnya
sangat banyak serta sudah pada hijau,” ujar pak shomad, ayah fahmi
“ iya pak, nanti saya akan membawa
kambing kita kesitu” balas fahmi
Kemudian mereka pun melanjutkan
sarapan pagi mereka , yang kebetulan ibui rukinah telah memasak sayur asam dan
tempe goreng kesukaan fahmi dan ayahnya
Ibunya itu memang pandai memasak
namun sayangnya bakat tersebut tak disalurkan jadi hanya menjadi koki untuk
keluarga.
Jam dinding bundar berwarna merah
telah menunjukkan pukul delapan, setelah selesai sarapan pagi fahmi pun
bergegas mengambil senjata pemungkasnya sebuah cemeti yang bergagang bambu,
yang telah ia selipkan di pagar bambu rumahnya, saat temannya sedang asyik
bermain ia harus bekerja keras melawan arus kehidupan ini, ia pun tak kuasa
untuk memberontak karena ia ingoin membahagiakan hati kedua orang tuanya
Setelah mengambil cemetinya ia pun
bergegas ke kandang kambing yang terletak di belakang rumahnya, untuk
mengeluarkan kambing kambing tersebut agar dapat segera makan di padang rumput
yang akan ia tuju kandang yang berukuran 3x5 meter ini terbuat dari bambu-bambu
yang sudah tua dan rapuh karena bapaknya sudah lama tidak memperbaiki kandang
tersebut dikarenakan tak punya biaya..
Setelah kambingnya yang berjumlah 30
ekor itu keluar dari kandangnya ia pun segera menapakkan kakinya berjalan di
belakang kambing tersebut tak perduli bagaimana baunya yang ia perdulikan
adalah bagaimana bisa cepat sampai dan kambingnya bisa kenyang supaya ia bisa
pulang sebelum dzuhur.
Setelah beberapa perumahan
dilewatinya setapak demi setapak jalan dilaluinya ia pun sampai di persawahan
desanya, hijaunya padi beserta tumbuh-tumbuhan lainnya menyegarkan mata yang sebelumnya
masih dalam keadaan kantuk, beberapa tanaman pisang pun berjajar di sepanjang
hamparan sungai kecil irigasi, hari semakin panas kambing-kambingnya pun asyik
memeakan rerumputan di persawahan pak haji yang pada saat itu rumputnya memang
banyak nan hijau,
Sementara di rumah, ibu dan dan
bapaknya telah bersiap-siap pergi ke sawah untuk melakukan penyemprotan hama
karena musim musim seperti ini banyak hama yang menyerang padi, yang dapat
menimbulkan kerusakan, bahkan gagal panen, misalkan wereng, hama yang satu ini
memang sudah menjadi musuh petani tak jarang banyak petani yang berkeluh kesah
karenanya, ada yang sebagian sawah gagal panen, ada yang menjadi putih dan
masih banyak lagi penderitaan para petani,
Pak somadi dan ibu rukinah pergi ke
sawah dengan menggunakan sepeda motor berwarna hijau pada bagian namanya, yang
baru dibelinya beberapa bulan yang lalu, sepeda motor yang mereka beli dari
haji ahmad tersebut adalah sudah menjadi kendaraan mereka untuk pergi ke sawah,
Mereka membeli dengan harga 7 juta
dari hasil penjualan kambing yang sebelumnya lima ekor telsh dibeli tetangganya
guna acara khitanan,
Setelah berjalan dan menyusuri
beberapa persawahan, sambil mengamati kambing-kambingnya yang lahap makan, ia
duduk bersandar di bawah pohon pisang rindang yang sudah tua, dan tak berbuah
di bawah pohon tersebut ia menyandarkan tubuhnya yang kurus dan hitam manis
tersebut sekedar melepas lelah sejenak dan teriknya matahari, kebetulan hari
ini matahari sangat terik, dan panas sekali, memunculkan dahaga dalam badan,
namun sayangnya tak membawa air minum, ia hanya menelan air ludahnya sendiri,
berharap tenggorokannya tidak kering
Awalnya di rumah tadi ibu rukinah
sudah menyuruh ia membawa sebotol air minum, ia pun teringat obrolannya bersama
ibunya.........
Botol kemasan yang di almari
silahkan diisi air untuk bekalmu, biar tidak kehausan soalnya mungkin hari ini
akan panas “ ujar ibu rukinah.
“ gak ah bu, fahmi sudah biasa kok
gak bawa air minum, karena nanti sebelum dzuhur fahmi sudah pulang, “
Sedanng asyik bersandar, ia pun
terlena dengan tugasnya yaitu mengamati kambing-kambingnya, tak dipungkiri
kambing_kambingnya yang awalnya tadi makan rumput liar,kini sudah makan
kacang_kacangan memiliki pak haji,ia pun segera lari sambil meneteng cemeti
yang tadi di taruh di s
Npingnya,kemudian para kambingnya di
pukul dengan cemeti tersebut, biar kambingnya tak makan lagi,Dalam hatinya
berkata
‘’ untung tak ada pak haji, jika ada aku mungkin sudah menjadi bubur,”
Tidak tahu kenapa pada hari ini pak
haji tidak pergi ke sawah padahal ia biasanya rajin untuk pergi ke sawah,
Apabila ada pak haji mungkin ia
sudah memerahi fdahmi karena pak haji terkenal galak, sehingga iapun disegani
oleh masyarakat.
Dengan kejadian tadi fahmi pun
kembali ke pohon pisang tua tadi, namaun kali ini dia sangat mewaspadai gerak
gerik kambingnya, ia pun mengambil sebongkah tanah, yang dibulatkan bertujuan
untuk melempar tanah tersebut kepada para kambingnya jika mereka makan tanaman
milik orang lagi
Panasnya mentyariu seperti ini sudah
menjadi makanan pokok bagi fahmi, alhasil kuliotynya sekarang pun bertambah
lebih gelap karena pengaruh sinar matahari,
Walaupun ia tak membawa bekal apapun
namun ia tetap bersemangat dalam menjalankan tugasnya, karena ia ingin
membahagiakan kedua orang tuanya, mungkin dengan cara kecil inilah dia sedikit
bisa membantu pekerjaan orang tuanya, bapaknya pun tak sekedar petani namun
juga ahli pijat syaraf yang pada malam hari sering memijat orang orang yang
datang ke rumahnya, keahlian bapaknya tersebut adalah warisan turun temurun
dari buyutnya, tanpa belajatr ataupun pelatihan, jadi fahmi pun kasihan dengan
bapaknya yang siang malam bekerja keras untuk menghidupi kehidupan keluarganya,
namun bapak shomad tak pernah mengeluh dengan keadaan seperti itu, ia tetap
bersemangat, walaupun biaya hasil pijat pun tak seberapa, karena pijatnya tidak
diminta tarif, hanya saja para pelanggannya mengasih sendiri sebagai wujud
jasa, terkadang ada juga pelanggan yang tidak membayar sepeserpun jasa pijat
pak shomad tersebut,..
Walaupun seperti itu , ia tetap
menerimanya walaupun mungkin itu tak adail bagi dia tak jarang pak shomad pun
sering kacapkan karena tuntutan pekerjaan tersebut, seringkali fahmi disuruh
untuk memijatnya, fahmi pun menyadari akan kondisi bapaknya ibarat pahlawannya,
Mentari mulai berjalan tepat diatas
kepala itu tandanya sudah tiba waktu dhuhur, karena pada hari ini dia tak
mendengar adzan mungkin karena sawah pak haji jauh dari desa sehingga tak
mendengar adzan,
Namun sebelumnya dilihatnya perut
perut kambing yang sudah buncit karena sudah kenyang makan rerumputan, akhirnya
ia pun memutuskan untuk pulang ke rumah karena adzan dhuhur sudah berkumandang,
Setapak demi setapak akhirnya ia
sampi di gapura desanya, namun tak
disangka tapat di depan toko sembako “al-ikhlas” ia bertemu dengan Nazwa Putri
yang sedang mengantarkan ibunya membeli beras, nazwa putri adalah sosok wanita
yang selama ini ia idam-idamkan sudah lama ia tak bertemu dengannya, setelah
luluas dari Tsanawiyyah. Karena nazwa dan fahmi adalah teman satu kelas ketika
tsanawi dulu, ia pun menaruh hati dengan nazwa, karena baginya nazwa adalah
sosok wanita yang mampu menggetarkan hatinya , dia itu lembut, kalem, pintar
dan santun dalam tutur kata, namun saat ini nazwa melanjutkan sekolahnya ke salah
satu madarasah aliyah di kota kudus, dan ia pun jarang pulang, hanya doi waktu
libur semester seperti ini,
“ fahmi “ ... suara nazwa menyadarkan ia dari lamunan sekejapnya,
“ fahmi “ ... suara nazwa menyadarkan ia dari lamunan sekejapnya,
Seberkas senyum manisnya pun
mengembang, dengan pipinya yang sedikit lesung menambah cantik wajahnya, fahmi
pun tak berkata apa-apa ia hanya bisa senyum, karena ia tak tahu, tiba-tiba
lidahnya kelu untuk mengeluarkan kata-kata,
Ia pun melanjutkan perjalanannya,
setelah beberapa menit kemudian akhirnya ia sampai di rumah, dimasukkannya
kambing-kambing ke kandang, kemudian ia bergegas masuk ke rumah dan mandi lalu
melaksanakan sholat dzuhur , namun ayah dan ibu fahmi belum pulang...
Dibukanya pintu kamar mandi , ia pun
memebersihkan kotoran-kotoran yang berada di badannya karena menggemabala tadi,
Setelah mandi kemudian iapun
bersujud dan bertasbih kepada sang illahi yang masih memeberinya kesempatan
untuk menghirup udara di dunia,
Setelah selesai sholat ia pun duduk
di kursi kayu yang beranyaman rotan, sekedar istirahat sejenak guna mengurangi
rasa capek siang itu, ia pun teringat pertemuannya dengan nazwa karena da;lam
hatinya ia masih menyimpan segumpal rasa dengan nazwa namun dari dulu ia sampai
sekarang ia takut untuk menyatakan perasaan itu kepadanya karena ia menyadari
siapa dirinya, ia dalah anak gembala yang kelas sosialnya jauh dibawah nazwa
karena nazwa adalah anak orang berkecukupan , rumah bagus, punya banyak sepeda
motor berbeda dengan fahmi yang hanya memiliki rumah sederhana dengan dinding
berbahan kayu dan sebuah sepeda motor yang sudah tua, fahmi pun bingung mengapa
perasaan itu masih ada dalam hatinya padahal ia sudah lama tak bertemu dengan
nazwa apalagi berkomunikasi dengannya, malah dengan pertemuan siang tadi rasa
itu semakin tumbuh mengakar menghujam dalamnya hati, ia pun ingin sekali SMS
Nazwa, kebetulan kemarin mau semesetran ia memebeli hp dari temannya, hp bekas
dengan harga 50000, hp sederhana yang sudah tua dan ringkeh, namun sayangnya ia
tak meiliki nomornya nazwa setelah sekian lama ia berfikir oiia pun teringa
dengan ani sahabat dekat nazwa di mts dahulu, pasti ani memiliki nomor nazwa
karena mereka berdua sangat akrab bagaikan adek kakak, ia pun mencari nomor ani
dalam kontaknya, setelah ia telusuri ia temukan nama “ ani fitrotun haewa “ ya
itu adalah nama lengkap ani.
Kemudian ia pun sms ani
“ assalamualaikum mb, ini aku fahmi
“
Kemudian tak berapa lama nada hp
fahmi bebrbunyi tanda ada balasan, balasan tersebut adalah dari ani,
“ wa’alikumussalam, oh mas fahmi
thoh, ada apa mas ?”
Kemudian fahmi pun membalasnya
“oh gini mb, saya boleh gak mb m,inta nomornya mb nazwa??”
“oh gini mb, saya boleh gak mb m,inta nomornya mb nazwa??”
Tak berapa lama ani pun membalas sms
fahmi
“ boleh kok , tenang aja mas, nanti
nomornya saya kirim “
Tak berapa lama nomor nazwa pun
sudah masuk , segera ia simpan ke kontaknya
“ assalamualikum mb, ini saya fahmi”
Nazwa pun membalas,
“waalaikumussalam ada apa mas ?”
Bersamaan juga dengan smsnya khoirul
teman akrab fahmi yang kemarin baru pulang dari kalimantan
“ hai mas sob, gimana kabarnya
sedang ngapain nih??”
Fahmi pun menjawab sms khoirul dulu
“ hai juga friend, alhamdulillah
baik dan ini sedang smsan dengan mb nazwa, he..he”
Khoirul pun mengirim pesan lagi
“ oh ya mas sob, bukan ku bermaksud
ikut campur , ku tahu bagaimana perasaanmu dengan dia, tapi karena kita
adalahahabat akrab, ku ingin menyampaikan sesuatu, sebelumnya ku berpesan lebih
baik kamu tinggalkan nazwa”
Dengan rasa penasaran fahmi pun
membalas,
Emang kenapa friend?”
Tak berapa lama sms khoirul pun
masuk
“ gini mas sob, sejujurnya aku berat
menyampaikan ini tapi jika tak ku sampaikan maka kamu pada akhirnya akan sakit,
waktu di kalimantan kemarin, kebetulan toko bosku itu kan dekat dengan toko
kakaknya nazwa, otomatis kita sering ngobrol bersama, lha kemarin ku itu dapat
kabar kalau nazwa itu sudah dilamar oleh seseorang dan rencananya ia akan
menikahi nazwa ketika nazwa sudah lulus nanti, yang sabar ya sob, aku selalu
ada untukmu “
Membaca sms irul tersebut bfahmi pun
serasa di sasmbar petir, rasa-rasanya ia berada dalam mimpi dan rasanya semua
organ tubuhnya sudah lemas dan kaku
Kini hatinya luluh lantak bak
terkena suami perasaan yang dulunya indah kini malah menjadi duri yang menusuk
di hati, tak disangka air matanya pun perlahan tanpa disadarinya , diusapnya
perlahan-lahan menggunakan jari manisnya
Tak berapa lama hp-nya pun kembali
bebunyi, di buka hpnya ternyata ada sms dari khoirul,
“mas sob, janganlah sedih ku tahu
bagaimana sekarang perasaanmu, tapi kamu pasti kuat, mungkin Allah sudah
merencanakan sesuatu yang lebih indah dari ini semua, mati satu tumbuh seribu,
yang penting kamu fokus aja ke sekolah karena pada waktunya nanti kamu akan
dapetin cintamu “
Membaca sms irul tersebut seakan
jiwa fahmi bangkit lagi, ia sadar ia siapa, dan ia sadar nazwa itu siapa, ia
hanya bisa berdoa semoga kelak cinta semunya itu hidup bahagia/
Ia pun mencoba untuk tersenyum,
walau mungkin sulit tul ia lakukan, ia pun teringat sms nazwa yang belum
dibalasnya, kemudian dengan perasaan yang tak menentu ia mencoba tuk merangkai
kata untuk mewakili perasaannya.
Saat mata ini melihat senyummu lagi,
tetancap segudang rasa di hati,
Ruang dan waktu yang memisahkan kita
tak mampu menghapus segala rasa
Ku adfalah manusia bodoh dengan
segala keterbatasan
Bahkan satu kata cintapun tak mampu
aku uraikan
Lidahku kelu tak mampu berkata
Begitu sampai kepada cinta
Kini, sang merpatipun jauh terbang
ke awan yang berbeda arah dan tujuan,
Meninggalkanku dalam sepi dengan
sejuta kesedihan,
Merpati yang dulu di dalam sangkar
cintaku,
Kini telah lepas ke sangkar
seseorang yang lebih sempurna dariku
Sebuah penyesalan yang hanya bisa ku
rasa
Ditemani hembusan nafas di dalam
dada
Ku sadar...
Ku bukanlah seorang pangeran yang
mampu menghadirkan surga dunia di hadapanmu
Namun,,,
Ku hanyalah manusia biasa yang hanya
bermodalkan satu kata
Yaitu “ cinta “
Kemudian nazwa pun membalas puisi
fahm,i tersebut
“ jujur aku juga memiliki perasaan
yang sama denganmu, namun aku tak bisa terus memelihara perasaan ini, karena ku
tak kuasa melakukannya, ku harus patuh kepada orang tuaku, namun perlu kamu
tahu, kamu sudah menjadi pengeran di singgasana hatiku, terima kasih atas
segala cinta yang kamu beri, semoga suatu saat nanti kau akan dapatkan wanita
yang lebih sempurna dariku, selamat tinggal wahai pangeran kecilku “
Fahmi tak membalas sms dari nazwa ,
karena otaknya serasa berhenti berputar dan tak dapat mengeluarkan seuntai kata
, ia hanya bisa berkata dalam hati,
“ selamat tinggaln juga wahai
bidadari kecilku, ku hanyalah anak gemabala yang tak pantas bersanding dengan
seorang tuan putri seperti engkau, semoga kau akan bahagia bersamanya, “
Seraya mengusap air mata yang
menetes di pipinya,.
0 Comments
Post a Comment